Friday, December 5, 2014

Tradisi Jawa

SEDEKAH BUMI (RUWAT BUMI)
Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu. Ritual Sedekah Bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa khususnya yang berprofesi sebagai petani yang menggantungkan hidup keluarga sanak famili mereka dari mengais rezeki dari manfaat kekayaan alam, di desa Bangunreja tradisi tersebut masih rutin setiap tahun diperingati dan jatuhnya peringatan tradisi tersebut pada bulan Muharam (Syura). Tradisi Sedekah Bumi tersebut biasanya dilaksanakan pada sore hari selasa atau jumat kliwon yang bertempat di rumah kepala desa Bangunreja, tradisi Sedekah Bumi berupa selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh kepala desa, sesepuh desa, ketua RW dan ketua RT, dan seluruh anggota masyarakat desa Bangunreja. Perlengkapan acara tradisi Sedekah Bumi tersebut adalah berupa tumpeng gunungan dari  nasi putih atau nasi kuning yang dihias dengan sayur urab,  selain sayur urab ada juga lalapan yang terdiri dari: timun, jengkol, kecambah kacang hijau (tauge) dan terong muda, gorengan tempe, kerupuk, srundeng ( yang dibuat dari parutan kelapa yang digoreng hingga kering seperti abon), ingkung pembuatan dari ingkung itu sendiri yaitu ayam kampung yang berupa jago yang dimasak seperti opor dan diikat atau dibelenggu, pala pendhem yang terdiri dari: kupat lepet, rebusan ubi jalar, singkong, kacang tanah, labu kuning, pisang, jadhah, wajik, jajan pasar dan yang tidak kalah penting dari syarat untuk pelaksanaan tersebut adalah bubur abang putih yang terbuat dari beras yang direbus dicampur gula merah dan kelapa.
Dari masing-masing makanan yang disajikan memiliki simbol tersendiri, dimulai dari nasi tumpeng gunungan memilki simbol sebagai tempat Yang Maha Tinggi, tempat alam penguasa bertahta, dan tempat kemuliaan Allah, sayur urab yaitu urab adalah sama dengan urip atau hidup, artinya mampu menafkahi keluarga dan sayuran merupakan pralambang dari alam semesta yang memberi kehidupan  bagi manusia, ingkung merupakan simbol setiap manusia jangan memiliki sifat ingkar seperti ayam jago pada ayam babon, karena jika melakukan hal tersebut akan menjadi sebuah dosa dan kenistaan, bisa juga diartikan sebagai permohonan maaf atas kesalahan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pala pendhem  yang berupa makanan yang buahnya tumbuh  dipendem dalam tanah adalah simbol bahwa kita mensukuri hasil panen yang melimpah, kupat lepet adalah simbol bahwa kita meminta keselamatan pada Maha Kuasa, bubur abang putih adalah simbol bahwa darah manusia meliputi darah merah dan putih dengan itu meminta keselamtan, sedangkan sajian yang lain hanya sebagai pelengkap tradisi tersebut.
Kemudian nasi tumpeng tersebut didoakan oleh pemimpin yaitu sesepuh kampung desa  Bangunreja yang sudah biasa memimpin tradisi Sedekah Bumi, nasi tumpeng yang sudah didoakan oleh sesepuh kampung dimakan bersama-sama dan ada yang dibawa pulang untuk dimakan bersama sanak keluarganya di rumah masing-masing. Bentuk rasa sukur dalam puncaknya ritual Sedekah Bumi  tersebut adalah doa bersama-sama  yang dipimpin oleh sesepuh kampung. Ada yang sangat menarik dalam ritual ini adalah lantunan doa yang berkolaborasi dengan lantunan kalimat-kalimat jawa (Jawa Dermayu) dan yang dipadukan dengan khazanah-khazanah doa yang bernuansa islami. Puncak dari ritual tersebut setelah kenduri adalah pagelaran wayang kulit di rumah kepala desa Bangunreja sampai pagi, pagelaran tersebut sengaja disuguhkan untuk seluruh warga masyarakat desa tersebut. Tujuan dari selametan tersebut adalah untuk memberi penghargaan terhadap bumi karena bumi merupakan pahlawan  kehidupan manusia dimuka bumi. Selain itu, Sedekah Bumi dalam tradisi masyarakat jawa juga merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan serta mencurahkan rasa sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan berkah yang telah diberikanNya . Makna dari ritual Sedekah Bumi yang lain antara lain:
1.      Agar bumi tetap lestari memberikan manfaat bagi kehidupan
2.      Membina mitos agar manusia tidak semena-mena terhadap hasil bumi
3.      Mencintai dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap isi bumi dan kehidupannya
4.      Meningkatkan rasa sukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan makanan, minuman serta hasil bumi yang melimpah ruah melalui bumi yang kita pijak
5.      Sarana doa kepada Tuhan agar bumi terhindar dari malapetaka seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dll yang tidak kita inginkan.

No comments:

Post a Comment