SEDEKAH
BUMI (RUWAT BUMI)
Tradisi
Sedekah Bumi merupakan salah satu ritual tradisional masyarakat di pulau jawa
yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa
terdahulu. Ritual Sedekah Bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada
masyarakat jawa khususnya yang berprofesi sebagai petani yang menggantungkan
hidup keluarga sanak famili mereka dari mengais rezeki dari manfaat kekayaan
alam, di desa Bangunreja tradisi tersebut masih rutin setiap tahun diperingati
dan jatuhnya peringatan tradisi tersebut pada bulan Muharam (Syura). Tradisi
Sedekah Bumi tersebut biasanya dilaksanakan pada sore hari selasa atau jumat
kliwon yang bertempat di rumah kepala desa Bangunreja, tradisi Sedekah Bumi
berupa selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh kepala desa, sesepuh desa,
ketua RW dan ketua RT, dan seluruh anggota masyarakat desa Bangunreja.
Perlengkapan acara tradisi Sedekah Bumi tersebut adalah berupa tumpeng gunungan
dari nasi putih atau nasi kuning yang
dihias dengan sayur urab, selain sayur
urab ada juga lalapan yang terdiri dari: timun, jengkol, kecambah kacang hijau
(tauge) dan terong muda, gorengan tempe, kerupuk, srundeng ( yang dibuat dari
parutan kelapa yang digoreng hingga kering seperti abon), ingkung pembuatan
dari ingkung itu sendiri yaitu ayam kampung yang berupa jago yang dimasak
seperti opor dan diikat atau dibelenggu, pala pendhem yang terdiri dari: kupat
lepet, rebusan ubi jalar, singkong, kacang tanah, labu kuning, pisang, jadhah,
wajik, jajan pasar dan yang tidak kalah penting dari syarat untuk pelaksanaan
tersebut adalah bubur abang putih yang terbuat dari beras yang direbus dicampur
gula merah dan kelapa.
Dari
masing-masing makanan yang disajikan memiliki simbol tersendiri, dimulai dari
nasi tumpeng gunungan memilki simbol sebagai tempat Yang Maha Tinggi, tempat
alam penguasa bertahta, dan tempat kemuliaan Allah, sayur urab yaitu urab
adalah sama dengan urip atau hidup, artinya mampu menafkahi keluarga dan
sayuran merupakan pralambang dari alam semesta yang memberi kehidupan bagi manusia, ingkung merupakan simbol setiap
manusia jangan memiliki sifat ingkar seperti ayam jago pada ayam babon, karena
jika melakukan hal tersebut akan menjadi sebuah dosa dan kenistaan, bisa juga
diartikan sebagai permohonan maaf atas kesalahan manusia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, pala pendhem yang berupa
makanan yang buahnya tumbuh dipendem
dalam tanah adalah simbol bahwa kita mensukuri hasil panen yang melimpah, kupat
lepet adalah simbol bahwa kita meminta keselamatan pada Maha Kuasa, bubur abang
putih adalah simbol bahwa darah manusia meliputi darah merah dan putih dengan
itu meminta keselamtan, sedangkan sajian yang lain hanya sebagai pelengkap
tradisi tersebut.
Kemudian
nasi tumpeng tersebut didoakan oleh pemimpin yaitu sesepuh kampung desa Bangunreja yang sudah biasa memimpin tradisi
Sedekah Bumi, nasi tumpeng yang sudah didoakan oleh sesepuh kampung dimakan
bersama-sama dan ada yang dibawa pulang untuk dimakan bersama sanak keluarganya
di rumah masing-masing. Bentuk rasa sukur dalam puncaknya ritual Sedekah Bumi tersebut adalah doa bersama-sama yang dipimpin oleh sesepuh kampung. Ada yang
sangat menarik dalam ritual ini adalah lantunan doa yang berkolaborasi dengan
lantunan kalimat-kalimat jawa (Jawa Dermayu) dan yang dipadukan dengan
khazanah-khazanah doa yang bernuansa islami. Puncak dari ritual tersebut
setelah kenduri adalah pagelaran wayang kulit di rumah kepala desa Bangunreja
sampai pagi, pagelaran tersebut sengaja disuguhkan untuk seluruh warga
masyarakat desa tersebut. Tujuan dari selametan tersebut adalah untuk memberi
penghargaan terhadap bumi karena bumi merupakan pahlawan kehidupan manusia dimuka bumi. Selain itu,
Sedekah Bumi dalam tradisi masyarakat jawa juga merupakan salah satu bentuk
untuk menuangkan serta mencurahkan rasa sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan berkah yang telah diberikanNya . Makna dari ritual Sedekah Bumi yang
lain antara lain:
1.
Agar bumi tetap lestari memberikan
manfaat bagi kehidupan
2.
Membina mitos agar manusia tidak
semena-mena terhadap hasil bumi
3.
Mencintai dan menumbuhkan rasa
kepedulian terhadap isi bumi dan kehidupannya
4.
Meningkatkan rasa sukur terhadap Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah memberikan makanan, minuman serta hasil bumi yang
melimpah ruah melalui bumi yang kita pijak
5.
Sarana doa kepada Tuhan agar bumi terhindar
dari malapetaka seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dll yang tidak kita
inginkan.
No comments:
Post a Comment